Senin, 26 November 2012

"Dysmenorrhea" --> Lutenyl, (?)


Barusan tadi siang dapet kwitansi dan bungkusan obat yang bikin kaget (bisa dilihat pada gambar di atas). Betapa tidak??? hasil USG dan pemeriksaan oleh dokter spesialis kandungan, aku dinyatakan sehat dan tidak bermasalah sama sekali. Keluhan yang kualami tiap bulan itu bukanlah suatu hal yang membahayakan (dikatakan" itu wajar). Duhhh...,betapa ayemnya hatiku. Tanpa banyak bicara, dokter mempersilahkan aku untuk menunggu di luar ruangan, (okke bu dok, saya siap menunggu panggilan mbak kasir). 
Lamanya...namaku ga dipanggil-panggil, sampai harus bolak-balik nanyain ke kasir. Giliran namaku dipanggil, e..e..mbak kasir bener-bener membuatku kaget bukan main. Yang bener aja, aku kan dibilang sehat dan tidak bermasalah tapi kok habis uang 1/2 jeti. WHAT??? untungnya di dompet ada. (ga biasanya lho...nyimpen uang banyak di dompet, paling-paling cuma 100rb). Hulala...ternyata gara-gara resep dokter yang mengharuskanku mengkonsumsi "Lutenyl". Obat apa itu??? adakah yang bertanya semacam itu? ya...aku sendiri yang penasaran dengan si Lutenyl. Pikirku, Lutenyl itu semacam hormon yang membantu mengatasi kasus dysminorrhea yang dialami oleh kebanyakan remaja putri, termasuk saya (bener gak ya?, tau ah, pengen jawaban yang bener? tanya dokter).


Lalu..apa itu "dysmenorrhea"?
ah, tanya mulu, okke saya jelaskan dikit:
Dysmenorrhea adalah istilah kedokteran yang digunakan untuk menyebut nyeri haid. 
Istilah dysmenorrhea atau nyeri haid hanya dipakai jika nyeri haid demikian hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaannya untuk beberapa jam atau beberapa hari (Simanjuntak, 1997)

Dysmenorrhea, terbagi menjadi dua macam yaitu dysmenorrhea primer dan dysmenorrhea sekunder. 
1) dysmenorrhea primer atau esensial, intrinsik, idiopatik, yang pada jenis ini tidak ditemukan atau didapati adanya kelainan ginekologik yang nyata; 
2) dysmenorrhea sekunder atau ekstrinsik, yaitu rasa nyerinya disebabkan karena adanya kelainan pada daerah pelvis, misalnya endometriosis, mioma uteri, stenosis serviks, malposisi uterus atau adanya IUD. menstruasi yang menimbulkan rasa nyeri pada remaja hampir semuanya disebabkan dysmenorrhea primer. Dysmenorrhea primer disebabkan karena gangguan keseimbangan fungsional, bukan karena penyakit organik pelvis, sedangkan dysmenorrhea sekunder berhubungan dengan kelainan organik di pelvis yang terjadi pada masa remaja. 

Sekarang sudah paham kan apa itu dysmenorrhea? okke, kita lanjut ke ceritaku.
Berhubung temanku ikut penasaran dengan si Lutenyl, akhirnya dia browsing-browsing ke internet. Mencari tau kandungan, kegunaan, dan efek sampingnya. Tapi namanya juga internet, apapun ada di situ termasuk cerita dari salah satu pemakai multiply. Dan cerita hidupnya cukup menarik bagiku (baca: merasa punya teman senasib, hehe). Setiap detil pengalaman yang dia ceritakan, pernah kualami. Haha...berikut ini cerita darinya

By: Uliy....bukan Jully. hahaha
Selama ini, sejak aku SMU hampir setiap bulan ketika datang bulan di hari pertama suka kena kram perut, orang jawa menyebutnya dilep. Kram perut ini mengganggu sekali, jelas kuingat sewaktu SMU dulu aku jadi langganan ruang UKS, gak pake minum obat karna emang aku takut ntar jadi ketagihan, jadi obatnya cuma tidur dengan posisi melungker dan pakai selimut. Masih saja terus terjadi ketika beranjak kuliah, kram perut ini bikin mual, muntah, wajah pucat, badan rasanya dingin semua, dan menjadi langganan penghuni Ruang Keluarga (sebutan untuk ruang himpunan di jurusan SI ITS).

Akhirnya waktu itu mama membawaku ke dokter umum, dokter tersebut menyarankan untuk USG, untuk ngeliat adakah kelainan di rahimku. Alhamdulillah hasilnya nihil, semuanya normal, dan untuk pertama kalinya kudengar bahwa salah satu obat yang ampuh adalah MENIKAH . Hadeeeh.... gimana ceritanya menikah bisa mengurangi nyeri saat haid, itu pikirku saat itu. Dan untuk sementara dokter memberiku obat penghilang rasa sakit yaitu Buscopan Plus. Meski katanya gak membuat ketagihan, tapi selama aku bisa menahan rasa sakit aku gak minum obat itu, klo terpaksa baru deh diminum.

Masih terus berlanjut ketika aku masuk dunia kerja, di perantauan pula. Hal yang paling menyebalkan untuk anak perantauan ya ketika sakit, sendirian, gak ada yang ngurus . Alhamdulillahnya, perusahaan tempat aku bekerja memberikan hak cuti haid 1 hari setiap bulan, jadilah aku pelanggan cuti haid hehehe. Pernah ada kejadian di kantor, bener-bener gak kuat nahan sakit sampe tepar di toilet dan menghebohkan lantai 5, duh malu2in deh... Si dokter kantor juga bilangnya gak apa, itu hanya hormonal, dan obatnya adalah menikah (lagi-lagi kata itu disebut ).

Sebuah permintaan pun terucap, permintaan yang harus kupenuhi, dan bulan lalu aku periksa lagi ke dokter (baru sempet hehe), tapi kali ini ke dokter kandungan, di USG lagi, alhamduillah bersih, normal, hanya kata dokter dinding rahimku sensitif. Dokter pun berkata agar aku segera menikah dan mengandung (ahahahahaha jawabannya ini terus ), lalu dokter memberiku Lutenyl, obat hormon yang akan meningkatkan progesteron di dalam tubuhku, sehingga memperkuat dinding rahim.

Dengan ini baru kupaham sekarang mengapa dokter sering mengatakan menikah dan hamil. Dengan hamil, hormon progesteron akan terbentuk untuk memperkuat dinding rahim dan menjaga si janin. Karena memang diriku belum menikah, dikasihlah obat peningkat progesteron. Didapat harus dengan resep dokter, 10 biji yang harus diminum 10 hari berturut-turut di waktu yang sama, gak boleh telat ato kecepetan. Ya memang begitulah cara minum obat hormon. Dengan meningkatnya progesteron otomatis siklus haid ku menjadi lebih panjang, denger malah bisa menaikkan berat badan dan menimbulkan jerawat tp alhamdulillah gak bermasalah di aku, ada sih jerawat kecil di pinggiran jidat tapi sebelum minum obat juga udah ada .

Pagi ini "tamu" ku datang, setelah terlambat datang selama sekitar 10 hari dari perkiraan jadwal yang seharusnya. Alhamdulillah gak sakit, hanya badan sedikit gak seenak biasanya, itu wajarlah, udah gitu bawaannya lemes. Beberapa rencana kubatalkan supaya bisa istirahat aja di rumah, mengingat 3 minggu terakhir badannya dibuat kerja terus sampe malem.
Semoga bulan-bulan selanjutnya sehat terus menyertai yaaaah... Amin...
Sebelumnya:The Corner of My Cube
Selanjutnya :Hujan Kemarin Pagi

Sumber cerita: http://uliy.multiply.com/journal/item/58/lutenyl

Minggu, 11 November 2012

Cuplikan Syair Duka Sepeninggal Nabi Muhammad -صلى الله عليه وسلم


Muhammad bin 'Umar Al=Waqidi menyampaikan dari tokoh=tokoh sanadnya, bahwa Abu Bakar Asy-Shiddiq رضي الله عنه‎ mengungkapkan dukanya atas wafat Rasulullah  -صلى الله عليه وسلم sebagai berikut:

Oh mata, menangislah, jangan tidur
Patutlah kau menangisi junjunganmu
Tangisi sebaik-bauk makhluk, saat mendapat bencana, saat dikubur 
dalam lubang
Semoga Maharaja, Pemilik manusia, Penguasa segala negara
merahmati Ahmad senantiasa
Bagaimanakah aku bisa hidup tanpa kekasih, tanpa pelipur lara
dalam segala nestapa?
Andai saja kematian menimpa kita dan kita mati semua
bersama pemberi petunjuk kita

Tatkala kulihat nabi terbujur, sempitlah bagiku rumah-rumah,
betapapun luasnya
Aku ketakutan, bingung, bagai linglung
Sementara tulang-tulangku rapuh, hancur tak berdaya
Hai Atiq, kasihan kau!
Sesungguhnya cintamu telah pergi dan tinggallah kamu sedih sendiri
Oh, andai ku mati sebelum tewasnya sahibku ini
aku dibenam dalam kubur, di atas tebing sana
Sepeninggalnya, terjadi pastilah bid'ah-bid'ah yang bikin lelah
segala sayap dan dada


Ungkapan duka Hassan bin Tsabit رضي الله عنه‎ atas wafat Rasulullah -صلى الله عليه وسلم :

Demi Allah takkan pernah ada wanita lagi
mengandung dan melahirkan seorang putra seperti nabi kita
Rasul pemberipetunjuk umat ini
Para wanitamu akan membuat rumah mereka sepi merana
Mereka takkan lagi melahirkan pasak-pasak dunia, di balik tirai mereka
Mereka telah kenakan kain tenun kasar, bagaikan para rahib,
bahkan benar-benar yakin akan mendapat kesedihan
setelah tiadanya nikmat nyata itu

Kenapakah matamu
Tiada menangis sendu, seolah bercelak beku
dengan kepedihan yang pilu?
Oh, sebaik-baik orang yang memiliki batu-batu kerikil ini
jangan jauh-jauh kau pergi
Oh, kasihan para pendukung nabi dan pembela
setelah ia terkubur dalam pusara berongga
Oh, belahan hati enkau kini terbungkus tanah
Oh, kerinduan, andai aku saja yang terkubur di sana
Oh, putra Aminah, yang diberkati namanya!
Kau telah dilahirkan oleh wanita suci, yang dipelihara dengan keberkahan
dari yang Mahaberkah
Lahir sebagai cahaya menerangi seluruh jagat raya
Siapa terbimbing ke cahaya diberkati itu, pastilah lurus jalan hidupnya
Haruskah aku tinggal di tengah mereka, di Madinah sepeninggalmu?
Oh, kerinduan jiwaku
Andai saja aku tak pernah dilahirkan
Kutebus engkau dengan ayah-bunda
hai orang yang kusaksikan wafatnya di hari Senin
Hai Nabi yang mendapat petunjuk
Setelah wafatnya aku menjadi bingung, linglung
Oh, andaikan aku dipatuk ular berbisa
atau bencana menimpa kita, dengan segera
sore hari ini juga, atau esok harinya
maka terjadilah kiamat kita, lalu kita bertemu junjungan kita
yang tulen nenek-moyangnya, mulia hatinya
Ya Rabbku, himpunlah kami semua
dengan nabi kami dalam surga
yang mencongkel mata semua para pendengkinya
dalam surga Firdaus
Berikan ia kepada kami Ya Rabb, Pemilik segala keagungan
Pemilik segala keluhuran, dan ketinggian
Allah pasti Maha Mendengar
Aku tidaklah memuji orang yang binasa
Aku hanya menangisi Nabi Muhammad, Nabi kita
Kini negeri ini sempit terasa, bagi kaun Anshara
Mereka kini berwajah jelaga
bagai warna batu celak mata
Seolah kamilah yang telah melahirkannya
kuburnya ada di tengah kami
dan karunianya yang banyak kepada kami tak bisa dipungkiri
Allah telah menghadiahkannya kepada kami
dan dengannya Dia tunjuki para penolongnya di setiap saat
di setiap peristiwa
Semoga Allah bershalawat kepadanya
dan juga para malaikat di sekeliling 'Arsy-Nya
dan para malaikat yang baik=baik lainnya
atas Ahmad yang diberkati hidupnya

Oh, mata bermuram hatilah dengan air matamu
Curahkan deras-deras
Jangan bosan mengucur dan menangis
Sejak hari ini aku tak mau kehabisan air matamu
Sungguh aku berduka, dan sungguh, aku sulit terhibur
Sungguh, jika kau tak lagi mengucur untukku
setelah semula membanjir deras
persislah kau penipu, yang memperdayakan keluargamu sendiri
Tapi, siramlah dadaku empat penjuru
Sesungguhnya dalam tulang-tulang rusukku
ada bisikan membakar, ada bisikan membara
Tuangkan isi bejana dan air di ember itu, karunia Sang Maha Penyiram
sebagaimana diperintahkan pelayan setia itu, supaya dituangkan
Dialah nabi, pembela kebenaran, tempat berteduh di kala panas
pengusir kepenatan, pemberi makan si lapar
penolong si penderita, orang kuat yang siap berikhtiar
bersih usahanya, banyak pemberiannya
sebaik-baik makhluk
lapang dada, bukan penakut, orang yang sukses gemilang
panglima pasukan berkuda di medan perang
pabila perang berkacamuk garang
pabila tempur serang-menyerang
Aku tidaklah menganggap siapapun suci
selain Rabb Yang Maha Pengasih
Tapi, ikhwal mengenai dirimu pastilah diketahui
di sisi Yng Maha Esa lagi Mahatinggi
Sungguh, kulihat zaman dan hari-hari mengejutkan
aku senantiasa dengan (kematian) orang-orang berbudi
tapi (kenapakah) aku tenang-tenang saja?
Hai mata! Tangisilah Rasul Allah
Tiap kali kamu mengingat dzat Illahi, menangislah!
Dialah sebaik-baik panglima dan pemimpin kami

~~*0*~~
(sumber: Sirah Nabawiyyah, By: Prof. Muhammad Ridha)

Selasa, 06 November 2012

Rangkaian Kata untuk Mutiara


#SERI A

Tinta Gelapnya Mutiara

Pudarnya pesona mutiara
Akibat kelalaian pembawa luka
Sinar yang dulu memancar kilaunya
Kini redup diterpa hina

Tapi tak merasa bernoda
Justru nampak menipu lara
Berpura-pura menderita
Mengukir tawa pengharap iba

Mutiara berdalih
Dia bukan korban asmara
Bukan pula korban pujanggga

Tapi cangkangnya telah membuka
Mengungkap raga berwujud nyata


#SERI B

Kebencian Mutiara

Mutiara terluka
Mutiara merana
Cangkangnya pun terbuka
Olehku pengabar lara

Aku dibencinya
Aku diacuhkannya
Bagiku tak mengapa
Asalkan mutiara bahagia
Di akhir kisah nyata

Paradigma memenuhi pikirannya
Sulit kembali menuju cahaya
Hanya harap-do'a
Penghibur rasa kecewa

Wahai mutiara,
Sadarilah arti sebuah dosa
Bahwa bencimu tak cukup mendewasa
Karena aku hanya merasa bisa
Walau tak berharga di mata mutiara

Minggu, 28 Oktober 2012

"Rafting", Mimpi Yang Sempat Tertunda

Arus yang mengalir deras, hantaman bebatuan nan besar, dan ranting-ranting tepian yang menghalang lajunya perjalanan para pendayung amatiran. Hahaha, adalah sebuah mimpi yang hampir saja kutinggalkan. Kurang lebih dua tahun silam aku bersama teman-teman seatap "CENSI" merencanakan sebuah wisata alam yang menantang. Menguji nyali para akhwat pemberani (apa iya eg???? ngapusi banget^). Namun, kala itu takdir berkehendak lain. Tiap kali ingin merealisasikan rencana itu, tiap kali itu pula takdir berkata "jangan". Entah karena sulitnya memilih waktu yang tepat, atau karena kesibukan masing-masing, akhirnya pelan-pelan terabaikan. Walaupun dalam benak tetap menyimpan keinginan itu, tapi sebuah tuntutan agar segera di depak dari kampus tecinta, membuatku dan teman-teman yg lain juga sejenak melupakan. 

Waktu berjalan mengantarku ke gerbang penutupan pendidikan yang kutempuh. Sidang skripsi yang ku harap-harapkan kehadirannya namun tidak kunantikan (LOH???) akhirnya datang juga. Pernyataan lulus dengan sedikit revisi membuat keempat dosen penguji yang sedari tadi mendikteku di ruang sidang yang menyeramkan itu, memaksa mereka menyertakan gelar sarjana di belakang namaku (hahaha, nggak nding"" mereka tulus ikhlas kok!). Alhamdulillah, ucapan selamat atas kelulusanku pun membanjiri kebahagiaanku waktu itu. Momen macam itu membuatku kembali mengingati rencana buat rafting bersama. Tapi apa daya, kalaupun aku telah terbebas dari PR besarku, namun teman-temanku yang lain kan masih sibuk dengan tugas-tugas mereka. Akhirnya waktu-waktu luang ku manfaatkan untuk mencoba-coba setiap loker yang ditawarkan sembari menanti momentum wisuda pelepasanku.

Beberapa instansi menerimaku dan siap membuat perjanjian kontrak denganku. Namun, lagi-lagi tentang sebuah takdir yang tak terbantahkan. Di hari yang seharusnya aku tanda tangan kontrak di salah satu instansi di Solo, aku malah cabut ke Salatiga (tepatnya Tengaran) hanya karena sms yang belum memberikan kepastian. Perjalanan ke Salatiga ku lakoni hanya karena megikuti feeling saja. Dan akhirnya benar saja, takdirku berkata bahwa aku harus di sini dengan alasan yang mengambang sekalipun. Hehe, akhirnya aku boyongan ke tanah yang asing bagiku, sehingga menambah lengkap sudah alasan untuk menutup keinginan rafting itu.

Jiwaku yang terlanjur mencintai Solo, membuatku sering bolak-balik ke Cendrawasih (alias "CENSI") pada bulan-bulan awal keberadaanku di Salatiga. Hampir tiap akhir pekan aku ke sana untuk sekedar menginap semalam, betapapun tanpa alasan. Eh, ternyata mereka masih sering membahas rencana rafting yang tertunda itu. Hingga pada suatu waktu, aku mendapati sms dan telepon tentang kabar rafting yang sudah fix waktunya (Kalau ga salah ingat, di katakan di bulan november). Mereka menawariku untuk bisa ikut dalam kebersamaan itu, namun waktu juga yang tidak memberiku kesempatan untuk membersamai mereka. Kalau ditanya "kecewakah anti?" kan ku jawab "sangat". Semua karena tanggung jawab dan amanah yang tidak mungkin ku abaikan hanya karena Rafting belaka (Hahhhh...."Hanya??" Jelas tidak lah...hehe). Dan akhirnya aku tertinggal.......................

1 th 8 bulan sudah aku meninggalkan Censi dan menghuni NurisTa dengan masih menyimpan keinginan yang ku pendam dalam itu. Lagi-lagi aku berucap syukur Alhamdulillah, ternyata mimpi itu kembali menyeruak ke permukaan angan ketika disampaikan akan adanya rencana Rafting bersama yayasan. Ho~ho~ho~ dan ternyata benar adanya, rafting itu segera dilaksanakan bahkan diajukan dari tanggal sebenarnya. Ku kabarkan pada kawan lama, dia pun menyambut gembira bahagiaku itu (hehehe...lebay). Walau awalnya kurasa berbeda, karena kebanyakan dari mereka yang mengikuti rafting adalah orang-orang yang belum ku kenal. Hanya sebagiannya saja yang ku kenal, itu pun bukan mereka yg termasuk akrab denganku. Akan tetapi tak masalah bagiku, toh pada akhirnya mereka pun tak kalah serunya. Bahkan menambah daftar kenalan dalam perjalanan hidupku (siiippp...lah).

Rafting kali ini tak sejeram yang kubayangkan, tak seperti mimpi yang pernah kurangkai kala itu. Tapi tetep saja terkesan heboh, gara-gara keusilan kelompok lain terutama yang ikhwan. Mereka gemar sekali menjaili kami, dari yang mendorong kapal kami, menyiramkan air ke muka dan ke kapal kami sampai basah kuyup, ada juga yang mencoba menarik salah satu personil kami dengan dayung mereka. Mungkin saja berharap personil kami ada yg jatuh (mencoba menebak batin orang). Huft, mau tidak mau akhirnya jengkel juga. Kami yang semula menjadi tim yang baik dan tidak usil, terpaksa deh.. ikutan nakal. Tak mau kalah dengan mereka, kami balas dengan sekuat tenaga yang kami miliki. Hingga kelompok akhwat yang notabennya tidak jail pada kami pun tetap menjadi sasaran kejailan kami (hahahaha...rasakan!!! "ini aksi balas dendam kami :D..LoL).
OUPS!!1
Yah....benar kawan, bagaimanapun juga dendam itu memang tidak baik adanya (haha). Akibat keusilan yang saya bikin sendiri, ketika mencoba memukulkan dayung dengan tujuan menyiramkan riak air ke kelompok lain, eh ternyata justru membuatku terjungkir dari kapal bersama dayungku dan....."Jeburrrrr...byur....lep lep lep lep lep...., hap hap hap". Hah..hah.. sambil ngos-ngosan akhirnya aku muncul ke permukaan (hwahahaha, entah berapa liter air yang terminum dan masuk lewat lubang hidungku). Dengan sekuat tenaga sembari menahan malu (hix"^'), aku berenang menuju kapalku. Dan ditariklah dayungku oleh instrukturku. Hadehhhh....sungguh memalukan. Adakah yang menertawakanku???? Tak ku pedulikan...hehehe. Si bapak instruktur pun bertanya padaku: "kok bisa jatuh mbak???", jawabku: "nggak tahu pak...", batin aku: "meneketehe'..., siapa juga yg mau jatuh??  haha". Untung saja jatuh tidak di medan yang membahayakan. Padahal selang beberapa detik dari aku kembali ke kapal dengan posisi yang belum benar alias terlentang, di depan telah disambut oleh jeram yang membuatku tak bisa kembali ke posisi semula. Setelah kondisi memungkinkan, barulah aku kembali duduk di tempatku semula (posisi paling depan). Hadiah buatku kali itu adalah basah kuyup sekujur tubuh (ho ho ho). Kepalang tanggung, saat aku menemui medan yang tenangnya begitu panjang nyeburlah diriku ke dalamnya. Kali ini memang sengaja. Terlanjur basah ya...sekalian aja berenang, menikmati buaian "si kali Elo", nikmat juga ternyata....Alhamdulillah....Subhanallah....Allahu Akbar...alam yang begitu indah rupanya.


Begitulah sekelumit ceritaku kawan, betapa takdir Allah SWT itu tak pernah terduga kedatangannya. Dialah yang maha mengetahui kapan saat terindah bagi kita untuk menerima hadiah istimewa dari-NYA.
Bagaimana dengan cerita takdirmu teman????
(Pastilah indah....jika syukur itu memenuhi relung hati, iya kan??)
Berbahagialah ......^_^......Hidup itu indah

Rabu, 24 Oktober 2012

Ketika tiba-tiba ingin menangis,

Dalam menjalani hidup yang penuh liku ini seringnya ku mencoba untuk berpikir realistis. Menjalani apa yang ada di hadapan dengan harapan bisa terus melangkah maju tanpa kekhawatiran maupun angan-angan yang berlebihan. Tapi ku hanya insan yang tak sekokoh pemikiran. Terkadang hati ini terlanjur mendayu di saat-saat tertentu. Kapan pastinya pun tak pernah terduga, karena yang namanya rasa tak bisa terprediksi secara rinci. Seringnya ku mencoba menyibukkan diri, tak lain untuk menetralkan pikiran dan perasaan agar tak tersirat hal-hal yang melenakan. Namun ternyata cara semacam itu tak seefektif yang aku harapkan. Toh pada kenyataannya akan ada suatu masa dimana aku merasa lelah dan jengah. Dan masa rehat itulah yang justru membuat pikiranku kembali dipenuhi oleh bayang semu tentang kisah masa lalu. Apa aku tak dibolehkan berhenti sejenak? Apa raga ini harus selalu dibanting, agar batin ini tak terusik pilu? Aku belum mengerti tentang semua ini.

Kali ini aku benar-benar ingin menangis tapi tak sampai dan tak terlogika. Sehingga tak setetes pun mampu membasahi bola mataku. Apa mungkin yang dirasa sedih itu teramat dalam atau hanya sengaja dibuat dalam, aku tak paham. Mengingatinya bukanlah inginku, tapi kenyataannya tetap saja melingkupiku. Seringnya dalam akal sehatku berpikir, mungkin aku memang dalam posisi jauh dari Penciptaku. "Maka dekatkanlah dirimu", itulah yang selalu terucap dalam kata batinku, dan yang selalu coba ku lakukan. Namun, bayang masa lalu tak serta merta menghilang. Apa aku belum maksimal? itu pertanyaan selanjutnya. Hidupku berputar-putar antara sibuk dan merenung kelam. Sejengkal tawa terkadang mampu membuatku melupakan namun tak mampu meniadakan.

Hingga serangkaian perjalanan panjang pun tetap saja tak mampu melupakan. Terlalu erat menjerat setiap roda waktuku. Sungguh aku punya malu, yang tak ingin ku ungkap pada masa lalu. Cukup menjadi penahan diri untuk tidak bertindak di luar logika. Berkali-kali terbersit keinginan dalam pemikiranku  untuk menyalahi prinsip yang ku buat sendiri. Semua karena desakan batin yang ku rasa telah terkontaminasi bisikan setan. Haha, lagi-lagi menyalahkan setan. Padahal jiwa inilah yang lagi goyah oleh prahara yang sejak awal memang sengaja dicipta.

Sudahlah, cukupkan! Bukankah orang melihatku sebagai sosok batu yang keras. Lalu alasan apakah yang akan memaksa diri menunjukkan kelemahan jiwa. Mereka yang mengelilingiku saja turut bahagia dengan keceriaan yang ada padaku. Lalu mengapa lah aku sendiri yang justru menghianati ceriaku itu. Bahkan nada bicaraku yang keras saja cukup mampu mengukir tawa di bibir mereka. Maka seharusnya jangan kubuat cemberut, sehingga mereka takut. Sedikit menipu diri tentang ruang hati, bagiku tak masalah asal ceriaku bersama orang-orang yang menyayangiku tak terenggut oleh perasaan yang membawaku ke dalam angan dari masa lalu.

Ini hanya tangisan batin yang biasa ku alami dan seringnya datang tanpa permisi. Sehingga tak perlu dilukis secara nyata. Biarkan raut mukaku ini tetap memancarkan keceriaan. Mencoba tetap menegaskan pada diri, bahwa senyum itu ibadah, senyum itu yang mencerahkan aura, senyum itu pembakar semangat untuk raga. Jadi tetaplah tersenyum untuk diri dan mereka, ^_^

 Menceriakan diri dengan potongan liryc lagu "Lembayung Bali"
Hingga masih bisa kurangkul kalian
sosok yang mengaliri cawan hidupku
Bilakah kita menangis bersama
tegar melawan tempaan semangatmu itu
oh jingga

Hingga masih bisa kujangkau cahaya
senyum yang menyalakan hasrat diriku
Bilakah kuhentikan pasir waktu
tak terbangun dari khayal keajaiban ini
oh mimpi
__*__

Sabtu, 20 Oktober 2012

Pojok UN *Try Out Pertama* 2012/2013















Seminggu sudah tertunaikan Ujian Tengah Semester (UTS) gasal. Namun penat yang harus mereka rasakan belum bisa diakhiri. Karena justru senin depannya, mereka harus menempuh tes yang membuat mereka lebih deg-degan. Minggu sebagai jeda satu hari, terpaksa harus menjadi waktu yang cukup untuk mempersiapkan materi dan mental mereka. Karena siap atau tidak siap, senin paginya try out harus tetap dihadapi.

Para asatidzah pun tak lupa telah memikirkan kesiapan mereka. Sehingga diadakan apel siang di hari terakhir UTS. Setelah semua tesnya usai ditempuh. Apel siang itu sengaja dibuat lebih rilex agar mereka tidak merasa tegang secara berlebihan. Di tengah lapangan sepak bola itu, mereka dikumpulkan dan diberi arahan tentang gambaran awal sebuah Try out UN. Disampaikan pula petuah-petuah,tentang bagaimana memotivasi diri untuk lebih bersemangat dalam berjuang. Menumbuhkan optimisme diri dalam pencapaian hasil, hingga bagaimana menyikapi sebuah hasil kerja. Mereka juga dihimbau dan dihimpun untuk menjadi lebih kompak dalam satu kesatuan bersama Tim UN. Tak ada saling mengejek, menjatuhkan, ataupun menghina. Harapan yang didambakan adalah mereka menjadi insan kamil yang memiliki kepedulian yang tinggi terhadap teman seperjuangannya. Menumbuhkan jiwa-jiwa positif dalam bersaing meraih pencapaian prestasi tertinggi tanpa mengabaikan indahnya persaudaraan. Tekad bersama yang diserukan adalah “masuk bersama-sama, maka keluar harus bersama, dan mencapai prestasi pun secara bersama”. Dengan kalimat penyemangat yang mampu membakar ghiroh mereka yaitu “Allahu Akbar”.

Minggu pun hadir memenuhi kodarnya sebagai hari jeda. Waktunya berputar tak beda seperti minggu-minggu yang lalu. Sedang yang membuat beda adalah hati mereka. Tak bisa ditutupi raut muka yang mencerminkan kegundahan dan kekhawatiran oleh sebagian dari mereka. Bahkan ternyata ada yang sampai menangis dan merengek-rengek di depan pintu kamar ustadzah sembari meminta maaf kepada ustadzahnya. Dan ketika ditanya alasan mereka meneteskan air mata, teryata karena merasa takut tidak siap menghadapi Try out. Begitulah kekhawatiran yang tercipta di benak sebagian dari mereka. Lucunya pun cukup membuat haru. Haru karena ternyata sedalam itu pemikiran mereka.

Kini hari senin telah tiba. Pagi yang begitu cerah menggiring jiwa-jiwa mereka untuk lebih bersemangat. Terbukti mereka telah sampai dihalaman sekolah sebelum jarum waktu menunjuk angka 7. Sungguh luar biasa atmosfir itu tercipta dengan sempurna. Dengan berseragam OSIS lengkap dan rapi memancarkan wajah-wajah yang berseri. Mapel uji Bahasa Indonesia tertunaikan dengan baik, tanpa sedikitpun kecurangan…”Subhanallah”. Berbagai cerita mulai dari yang lucu, menggemaskan, adapula yang menjengkelkan hingga yang mengagumkan telah mengiringi dua hari penuh warna tersebut. Dan dengan terlewatinya mapel IPA maka berakhirlah sudah Try out pertama mereka. Kini tinggal menunggu hasil pencapaian juang mereka.

Dua hari masa penantian mereka habiskan dengan mengikuti segala bentuk kegiatan class meeting yang diadakan oleh kesiswaan. Adapula yang dimanfaatkan untuk UTS susulan atau untuk remidi nilai UTS. Hingga waktu pun berputar tepat di hari jum’at. Hari yang dinanti-nanti telah menyapa dengan senyuman di awal. Namun jantung semakin berdetak kencang tatkala mereka di himpun di kelas masing-masing untuk mendengarkan sedikit pengantar dari wali kelas untuk mendapatkan beberapa info yang dibutuhkan. Kemudian secara serempak mereka di kumpulkan dalam dua barisan besar (barisan putra dan putri) untuk menerima hasil nilai masing-masing tanpa diberitahukan peringkat dan penggolongan pencapaian.

Tepat pukul 08.30 WIB, apel dimulai dengan diawali oleh taujih dari seorang ustadz sekaligus guru besar. Taujih yang cukup bermakna itu membahas tentang "Pentingnya Membangun Pribadi Muslim Berprestasi". Begitu dalam makna yang terkandung dalam setiap penyampaian cukup membuat terik matahari yang kian memanas menjadi terabaikan. Hingga usai taujih disampaikan, mereka masih berdiri di posisi masing0masing. Dan saat yang dinanti-nanti, akhirnya tiba juga. Pengumuman peringkat hasil Try out 1 segera disampaikan oleh seorang MC yang handal dalam memainkan suasana yang tegang menjadi semakin tegang dan lucu. Akhirnya satu/satu dipanggil mulai dari dua peyandang co-card hijau (dengan rata-rata nilai di atas 8). Dengan ekspresi yang malu-malu kedua co-cardnya disematkan oleh Bapak kepala sekolah. Untuk selanjutnya dipanggil pula penyandang co-card kuning yang secara serempak turut mengisi barisan depan bersama si hijau dan menghadap ke arah teman-temannya. Sedang yang tak terpanggil namanya (merupakan kelompok mayoritas), berarti mereka adalah penyandang co-card merah. Isak tangis mewarnai kelompok merah yang putri. Haru dan lucu, akhirnya menutup suasana pengumuman di hari jum'at itu.

Kini saatnya membuktikan pada Try out kedua bahwa mereka mampu mempertahankan dan atau meningkatkan pencapaian yang telah diperoleh sebelumnya dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai moralitas Islam
               

Sabtu, 13 Oktober 2012

Kapan Kita Hidup???

Bismillah..............
Sebelum mengawali tulisan ini, sejenak mari bermuhasabah:
(baca secara perlahan)
*Sudah berapa lama kah aku hidup?
*Sudah berapa banyak orang yang mengenalku? Atau yang ku kenal?
*Seberapa banyak kata-kata yang terucap dari bibirku? Apa saja itu?
*Seberapa banyak benda yang telah kusentuh dengan kedua tanganku?
*Kemana saja kedua kaki ini melangkah?
.......................................................................................................
Tak ada batasan kata dan pemikiran untuk dapat merenungi kualitas hidup kita. Hahhhh.....yang bisa terucap di detik ini adalah sebuah kata syukur, "Subhanallah Walhamdulillah" betapa nikmatnya nafas yang telah diberi. Bayangkan saat hidung kita mampet hanya karena serangan makhluk berukuran micro yang bernama virus (bahkan terlihat oleh mata telanjang pun tidak). Selemah dan sekecil itu kah kita??? Itu hanya sample kecil yang meliputi hidup ini. Bagaimana dengan hidup Anda? sudahkah bersyukur?

Sekarang saya mulai bertanya: "Sebenarnya kapan sih kita hidup?"
Kemarin kah? Besok? Lima tahun yang lalu, atau lima tahun yang akan datang, begitu? Kapan? Coba jawab dalam hati kita masing-masing. Kemudian silakan direnungi
Sebenarnya saya menuliskan ini, ketika saya menerima pertanyaan dari seorang saudara muslimahku, tentang sebuah kekhawatiran masa depan. Kekhawatiran itu muncul sebagai akibat informasi yang belum pasti kebenarannya. Bahwa salah satu gerbang untuk mewujudkan mimpinya telah tertutup. Padahal dia jelas tahu, kalau masih ada pintu gerbang lainnya yang masih bisa dikejar. Dari bahasa tulisan yang kuterima, menyiratkan bahwa dia takut atas ketidakmampuannya menghadapi masa mendatang. Dia takut mengecewakan orang-orang yang disayangi karena kegagalannya yang belum tentu juga terjadi di masa mendatang. Ya...semua atas dasar kekhawatiran yang tidak cukup mendasar.

Pernah mendengar kalimat ini:
"Masa lalu itu kenangan, masa sekarang adalah kehidupan, sedang masa mendatang akan menjadi kejutan."
Dalam pengertian yang saya tangkap dari kalimat tersebut, memberi maksud bahwa masa-masa yang telah kita lewati selayaknya tidak menjadi bomerang bagi kehidupan kita saat ini, masa lalu itu kita sibak sejenak hanya sebagai motivator dalam menjalani hidup, dan apapun buruknya tidak untuk disesali tetapi disyukuri karena kita masih diberi kesempatan untuk memperbaiki di masa kini. Sedang masa yang akan datang hanyalah sebagai mimpi penyemangat diri, yang sengaja kita rangkai di masa sekarang dengan harapan terwujud nyata. Namun pastikanlah bahwa kita hidup itu untuk saat ini, maka jalani dengan kamampuan maksimal kita.  Perindah hari ini dengan semangat tinggi tanpa harus pusing memikirkan esok hari, karena esok itu urusan Illahi. Ya...kalau esok kita masih diberi kesempatan mengukir jalannya mimpi. Kalau ternyata justru esok itu saatnya kita menutup lembaran perjalanan hidup??? Bagaimana, masih sempatkah kita mengkhawatirkan masa depan??

Kadang kita tidak bisa menikmati apa yang kita dapat dan rasakan sekarang lantaran kita terlalu mengkhawatirkan masa depan, terlalu mengkhawatirkan besok, lusa akan bagaimana. Salah satu syarat untuk bahagia adalah bisa menerima dan menikmati apa yang didapat sekarang tanpa perlu mengkhawatirkan esok, lusa mau seperti apa. Nikmati saja apa yang kita dapatkan sekarang dengan tetap berprasangka baik terhadap masa depan. Orang bijak mengatakan tiga emosi positif yang harus dikembangkan setiap hari :
  • Bersyukur terhadap masa lalu
  • Bergembira hari ini
  • Optimis akan masa depan
Hmmmmm....harapannya semoga  kita benar-benar mampu berfikir positif dalam setiap detiknya. Sekali lagi untuk mendapatkan kebahagiaan hari ini, maka kita harus mengesampingkan segala kemungkinan yang kita pikir akan terjadi di esok hari. Yang perlu kita pikirkan adalah mengatur strategi yang terbaik untuk kita jalani saat ini. Karena kekhawatiran yang kita risaukan saat ini itu belum tentu benar-benar terjadi, karena segala tentang masa depan itu tak pernah pasti. Hanya Allah Yang Maha Kuasa yang paling mengerti dan memahami esok hari. Kita sebagai hamba hanya bisa berencana dan menjalaninya dengan segala kekuatan menuju ke arah yang kita impikan tanpa bisa memastikan hasil. Toh sudah ada yang memikirkan masa depan kita, yaitu Allah SWT. Lalu mengapakah kita mesti berprasangka?

Jadi teringat kata-kata seorang pakar fisika pencetus teori relativitas waktu,...Ya si Alm kakek Albert Einstein pastinya, hehe...dia pernah berkata: 
"Saya tak pernah memikirkan masa depan, karena itu akan datang sesaat lagi."

Sebagai orang yang bijak dalam berfikir (weleh...hahahaha kemayu), mestinya kita tidak mentah-mentah dalam memaknai kalimatnya itu. Mestinya kita menarik kesimpulan bahwa kita harus bijak dalam menyikapi waktu. Berfikirlah, sangat tidak mungkin mengubah yang telah terjadi di hari kemaren dan tidak mungkin pula bisa memastikan yang akan terjadi di hari esok. Yang mungkin bisa di lakukan adalah mengubah cara pandang kita terhadap HARI INI, maka cukup pikirkan: Lakukanlah yang terbaik untuk HARI INI!!! sudah cukup....hehehe

Selebihnya kita hanya mampu berdo'a dan bertawakal pada-Nya. Karena Dia lebih tahu yang terbaik untuk hidup kita.
Wallahu 'alam bisshoaf...........

Senin, 08 Oktober 2012

PESONA MUSLIMAH SEJATI

Begitu banyak manusia memandang kecantikan wanita sebagai pesona dunia. Membuat setiap wanita berlomba-lomba memenuhi kriteria kecantikan yang didambakan. Sayangnya kecantikan yang mereka idam-idamkan hanyalah tampilan fisik belaka. Mereka tidak menyadari bahwa kecantikan fisik itu akan segera memudar. Sadarilah bahwa kecantikan dari dalam yang sering kita kenal dengan istilah "inner beauty" justru lebih penting daripada kecantikan fisik yang menipu. Coba kita renungkan apa guna cantik fisik? jika tidak diimbangi dengan akhlak terpuji. Atau apa guna raut muka nan cantik tetapi banyak insan yang membenci. Oleh karenanya, kecantikan dari dalam memang lebih utama dalam rangka menjaga citra diri seorang muslimah. Hiasilah cantikmu dengan akhlak mulia, pergunakanlah jasadmu untuk hal-hal yang sesuai dengan syariat Islam. Hingga syukur itu terwujud atas dasar rasa terima kasih kepada Sang Pencipta kecantikan.

Kemudian, bagaimanakah cara mewujudkan kecantikan pribadi seorang muslimah???
Mari sahabat kita tengok dan renungi sejenak ciri muslimah yang menawan pribadinya:

1. Cantik atas lisannya

Lisan adalah cermin kepribadian. Allah SWT telah menegaskan bahwa antara ciri hamba-Nya yang baik adalah mereka yang baik ucapannya. Mereka yang tidak geming dengan cacian dan makian. Ketika ada yang jahil terhadap dirinya, mereka tidak membalasnya kecuali dengan perkataan yang baik dan lembut. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Furqan ayat 63, yang artinya: "Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang jahil menyapa mereka, maka mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan."

Rasulullah SAW pun bersabda: "Termasuk dari kebaikan seorang Islam adalah ketika ia meninggalkan apa-apa yang tidak penting baginya." Hal ini menegaskan bahwasannya muslimah yang baik budinya adalah mereka yang meninggalkan perkataan yang tidak bermanfaat dan sia-sia. Maka dari itu jagalah lisan dari ucapan yang tidak berguna.

Masih terkait dengan penjagaan lisan yaitu, menjauhi perbuatan ghibah. Kebanyakan orang tidak menyadari bahwa perbincangannya dengan seseorang telah menyeretnya ke dalam perbuatan dosa. Tanpa sadar, dalam perbincangan itu telah membicarakan keburukan-keburukan saudaranya yang seharusnya dijaga dan ditutup rapat. Maka dari itu, hendaknya para muslimah berhati-hati dengan ucapannya. Jangan sampai terjatuh dalam perbuatan ghibah yang tercela. Apabila setiap muslimah bisa menjaga lisannya dari mengganggu atau menyakiti orang lain, InsyaAllah mereka akan menjadi seorang muslimah sejati. Rasulullah SAW bersabda: "Seorang muslim sejati adalah bila kaum muslimin lainnya merasa selamat dari gangguan lisan dan tangannya,"

2. Cantik Matanya

Sebagian orang menganggap mata sebagai tampilan isi hati. Banyak dari kita yang membaca karakter seseorang dari sorot matanya. Maka sebagai bagian yang penting dalam organ hidup, sepasang mata perlu adanya penjagaan yang ekstra. Pergunakanlah mata untuk hal-hal yang diridhoi Allah SWT dan Rasul-Nya. Dengan kata lain, jika ingin menjadikan sepasang mata kita sebagai mata yang indah dan mempesona, maka jangan pergunakan mata untuk bermaksiat. Pandanglah kebaikan-kebaikan dari orang-orang sekitar, jangan mencari-cari keburukannya. Dalam surat Al Hujurat ayat 12, Allah SWT berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain."

Begitu banyak manusia mulia didera hina hanya karena pandangan mata yang tak terjaga. Yaitu ketika matanya tidak lagi dapat menyebabkan seseorang menjadi bersyukur atas anugerah nikmat, karena dipergunakan secara zhalim. Seorang muslimah yang mampu menjaga pandangannya berarti dia telah menjaga harga diri dan kemaluannya. Rasulullah SAW telah menegaskan dalam sabdanya: "Tundukkan pandangan kalian dan jagalah kemaluan kalian."

3. Cantik Telinganya

Kemudian peliharalah keindahan sepasang telinga kita, wahai saudari muslimku. Cantiknya telinga akan nampak apabila kita jauhkkan dari mendengar musik-musik yang melenakan jiwa, dari mendengar gosip yang mengumbar aib seseorang sehingga merusak hati kita, dari perkataan-perkataan keji dan sesat yang menjengkelkan. Berusahalah menjadi hamba yang pandai bersyukur dengan mengambil manfaat yang baik atas keindahan penciptaan kedua telinga. Pergunakanlah keduanya untuk mendengarkan kalam illahi dan sabda-sabda Rasul-Nya. Sepasang telinga yang cantik dan mempesona adalah yang bisa mengambil manfaat dengan mendengarkan ilmu-ilmu keislaman, sehingga bertambah mantap keimanan dan ketaqwaan

4. Cantik Tangannya

Tangan dengan jemari yang lentik adalah dambaan setiap wanita. Namun bagi muslimah sejati, lentiknya jemari bukan petanda cantiknya tangan. Karena tangan yang baik adalah tangan yang diulurkan untuk membantu dan menolong sesama. Seringnya dipergunakan untuk bersedekah dan berzakat membuat jemarinya semakin lentik di hadapan Sang Pencipta. Kita diberi kedua tangan dengan tujuan, yang satu untuk memenuhi kebutuhan kita sendiri, sedang yang satunya lagi untuk membantu orang lain. Islam pun telah mengajarkan bahwa tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Berkaitan dengan hal tersebut, Rasulullah pernah ditanya oleh isteri-isterinya, "Siapakah diantara kami yang pertama kali akan menemui engkau kelak?" Dengan suara bergetar, Rasul SAW menjawab: "Tangan siapa diantara kalian yang paling panjang, dialah yang lebih dahulu akan menemuiku." "Tangan paling panjang" disini maksudnya adalah yang gemar bersedekah kepada fakir miskin.

5. Cantik Kakinya

Tengoklah kaki kita, sudah cantikkah??? Perhatikan betul bahwa kaki yang indah adalah kaki yang diperhatikan untuk mendatangkan keridhaan Allah SWT. Jagalah kedua kaki kita, jangan biarkan keduanya melangkah menuju jalan-jalan maksiat, tempat-tempat yang diharamkan atau pergi ke pintu penguasa yang kafir. Karena hal-hal yang disebutkan itu merupakan kemaksiatan yang besar dan sama halnya dengan merendahkan diri muslimah.

Pantang bagi muslimah sejati menyakiti saudara muslimnya dengan kedua kakinya, karena mereka akan senantiasa mempergunakannya untuk berbakti kepada Allah SWT. Sedang menyakiti saudaranya berarti menyakiti hamba Allah SWT. Justru sebagai hamba yang berbakti, ia akan mempergunakan sepasang kakinya untuk melangkah ke tempat-tempat ibadah dengan mendatangi masjid, forum pengajian dan tempat-tempat menuntut ilmu, untuk menyambung tali silaturrahim, serta  untuk berjihad di jalan Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang kedua telapak kakinya berdebu di jalan Allah SWT, maka haram atas keduanya tersentuh api neraka." Belau juga menerangkan bahwa, "Allah SWT akan menjamin orang yang keluar (berjuang) di jalan-Nya, seraya berfirman: "Sesungguhnya orang yang berangkat keluar ntuk berjihad di jalan-Ku, karena keimanan kepada-Ku dan membenarkan (segala ajaran) para Rasul-Ku, maka ketahuilah bahwa Akulah yang akan menjamin untuknya masuk ke dalam surga."


6. Cantik Segenap Anggota Tubuhnya 

Saudariku tak hanya lima anggota tubuh yang telah disebutkan sebelumnya yang harus nampak cantik, tetapi juga anggota badan yang lainnya. Cantik yang sempurna adalah jika semuanya nampak mempesona. Dan pesona itu akan terwujud jika dipergunakan dalam koridor yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Maka taatilah segala perintah dan jauhi larangan Allah SWT dan Rasul-Nya. Karena ketahuilah bahwa kecantikan muslimah yang sesungguhnya adalah pancaran bayangan yang telah dipantulkan oleh cerminan isi hati dan jiwanya bukan dari wujud fisiknya yang kan memudar oleh masa.

Demikianlah Kecantikan sejati seorang muslimah yang tidak terletak pada keelokan fisik semata, keindahan cara bepakainnya, atau kilauan perhiasan yang meliputi jasadnya. Namun kecantikannya memancar penuh pesona akhlak yang mulia, kepribadian yang bekarakter islami, serta perilaku taat atas dasar cinta kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.

Berikut ini 10 tips untuk memperoleh kecantikan seorang muslimah sejati:
1.  Basuhlah muka dengan air wudhu sebagai bedaknya yang bercahaya di akhirat
2.  Pakailah perona pipi dengan blush on bermerk "malu karena Allah"
3.  Gunakan zikir untuk membasahi bibir sebagai lipstiknya
4.  Pakailah maskara pelindung mata dari maksiat, bisa ditambahkan dengan kacamata penjaga pandangan
5.  Pasanglah anting muslimah berupa pendengaran yang ma'ruf
6.  Tambahkan tawadhu sebagai gelangnya dan kesucian sebagai kalungnya
7.  jangan luapa pakailah busana cantik berupa hijab sebagai perisai kehormatan.
8.  Pasang sepatu yang membawa kedua kaki ke majelis ilmu
9.  Hiasi jari-jari lentikmu denganperbuatan baik kepada sesama
10. Dan trik jitu terakhir, apabila punya masalah dengan berat badan, cobalah rampingkan tubuhmu dengan cara berbagi makanan kepada orang-orang fakir dan miskin.

Berikhtiarlah wahai saudariku karena "Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaannya sendiri." Dan berdo'alah saudariku,sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Albaqarah ayat 186, "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku memperkenankan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku, sebab itu hendaklah mereka memohon perkenan kepada-Ku dan beriman kepada-Ku supaya mereka memperoleh petunjuk."

Dan akhirnya segala kebaikan datangnya dari Allah SWT yang tak pernah lengah maupun lelah memperhatikan hamba-hamba-Nya yang bersungguh-sungguh meminta

Rabu, 03 Oktober 2012

Sang Pemimpin, Bukan Sekedar "Pencitraan"

            Mentari telah menampakkan kilaunya, hangatnya pun telah memenuhi sudut ruangku. Namun entah mengapa, kurasa sengat Matahari pagi ini tak mampu membakar semangat yang biasanya tercipta di setiap pembukaan hariku. Kurasa aku sedikit bermalas-malasan, bukan tanpa suatu alasan. Tapi memang raga ini telah menemui titik lelahnya. Minggu sebelumnya memang jadwal begitu padat, pembimbinganpun cukup menguras otak, hingga tak ada istilah Weekend dalam kamus hidupku kala itu. Bahkan untuk membereskan keperluan pribadiku saja, seperti telah kehabisan waktu. Ho ho ho.. segitunya banget ya???

Namun begitu, bersyukur pula karena alam sadarku mengingatkan bahwa amanah dipundak telah menantikan kesungguhanku. Segera ku bergegas dari tempat yang membuatku menikmati kemalasan. Dalam batinku berkata lirih penuh kebanggaan: "Yes, Aku Menang...!!! Kalah kau Setan Malas....Hahahaha". Akhirnya dengan senang hati kujalani hari itu dengan semangatku yang seperti biasanya. Kuselesaikan setiap tugas satu per satu. 

Jarum jam pun berputar teratur mengiringi alur kerjaku. Ternyata schedule hari itu benar-benar padat, bahkan ada pula yang bertabrakan. Sempat bingung memilih antara menghadiri rapat tim UN atau rapat penentuan hasil seleksi persiapan OSN. Tapi ternyata dibalik kebingunganku, justru membawaku ke problema lain yang harus ku prioritaskan lebih dulu.

Di jam- jam terakhir, sudah tak ada jadwalku untuk mengajar. Sehingga waktuku bisa kumanfaatkan untuk menyelesaikan hal penting lainnya, sebelum kedua rapat itu dimulai. Dengan membawa sejumlah uang yang kumasukkan ke dalam amplop, aku bermaksud menyelesaikan urusan keuangan program seleksi OSN tingkat sekolah itu. Ketika baru selangkah aku keluar dari kantor, tiba-tiba Sang pemimpin menyapaku dengan wajah yang tak kupahami (sedikit deskripsi hasil terjemahanku sendiri hehe....: "nampak muka yang menunjukkan kepanikan yang dipadukan dengan kemarahan"). Kemudian dengan tidak berpanjang lebar, beliau menanyakanku tentang suatu hal. Akupun menjawab dengan sedikit pemahamanku tentang hal yang ditanyakan tersebut. Yang kutangkap kala itu, tanpa meresapi penjelasanku yang belum selesai, beliau lantas memintaku menemui seorang tamu yang terkait langsung dengan problem tersebut. Seperti tak ingin mengambil pusing, beliau pasrah padaku. Aku hanya bisa bengong dalam beberapa menit, berjalan ke arah tamu pun tak kusadari. Tiba-tiba sampai saja. Masuk diruang tunggu itu, aku hanya bisa menyaksikan empat orang terdiam termasuk si tamu. Mereka hanya terpaku dalam ruangan yang makin sunyi. Ku menyapa dengan salam dam senyum... Salam pun terbalas diiringi senyuman getir dari teman kerjaku. 

Benar-benar suasana yang membuatku mati kutu. Dengan mengumpulkan segenap keberanianku, mencoba ku sapa dan ku tanya si tamu. Dengan balasan yang kurang begitu ramah, si tamu (terkesan seperti mengulang sebuah jawaban) mencoba menguraikan dengan penuh kejelasan maksud kehadirannya jauh2 dari pulau sebrang. Atas penjelasannya, membuatku terdiam dan tak mampu menjawab ulang. Oleh temanku mencoba membujuk dan merayu si tamu. Karena melihat ekspresi wajah si tamu yang semakin tidak enak, akhirnya akupun mencoba meminta maaf dan mengakui kesalahan yang telah instansi ini lakukan. Ku coba mengakui keteledoran dan ketidakkompakan kinerja. Untuk kemudian temanku mencoba melobi ulang, berharap si tamu mengerti dan mau berlapang hati. Tapi justru rayuan temanku membuat si tamu menangis karena merasa tak dihargai, telah jauh-jauh datang dengan harapan lebih tapi instansi kami malah membuatnya kecewa. Akupun hanya bisa terpaku menyaksikan airmatanya. Sampai-sampai berasa mau ikutan menangis.

Nuraniku membisikkan "aku tak berdaya lagi untuk mengelak", toh ini memang salah instansi ini. Akhirnya aku dan kedua temanku dengan segala kemampuan dan upaya yang kami miliki berusaha membereskan setiap administrasi yang dibutuhkan si tamu. Pontang-panting kami mencari data, mengumpulkannya hingga merekapnya dengan rapi untuk kemudian di print sesuai dengan yang dibutuhkan. Beruntunglah si tamu begitu sabar menanti kami. Seolah memahami kesulitan yang kami alami.

Yang membuat kami heran dan tak habis pikir, sampai akhirnya membuat kami bertanya-tanya. Sebenarnya salah siapa ini? Si tamu telah menegaskan bahwa seminggu sebelum kedatangannya, dia telah menghubungi pimpinan kami dengan harapan instansi kami punya waktu lebih untuk mempersiapkan dokumen yang dibutuhkan. Tapi kenyataannya tak ada instruksi ataupun pemberitahuan sama sekali dari atasan kepada kami. Lalu, di hari kedatangan tamu justru sang pemimpin berpangku tangan, bahkan meminta kami menghadapi persoalan yang notabennya tidak tau-menau atas maksud awal kedatangan si tamu. Semakin membuatku heran, ketika ada statemen dari beliau bahwa si tamu dikata bikin perkara saja, dan atas perintahnya jika si tamu marah-marah, maka saya di suruh balik memarahi tamu. Mana bisa? Mana tega? Mana logikanya? Padahal instansi inilah yang salah, bukan tamunya. Aku hanya mampu beristighfar dalam batin yang sesak.

Pencitraan itu perlu, namun selayaknya tak menjadi sebuah kepentingan utama. Awalnya wibawa dan budi luhurnya begitu memikat hati setiap bawahannya, termasuk aku. Selalu nampak disetiap kebaikan. Namun tak cukup sekali beliau cuci tangan ketika terjadi komplain maupun kritikan. Justru seolah segala kesalahan itu muaranya kami. Padahal setauku seorang pemimpin akan senantiasa membersamai bawahannya dalam situasi apapun. Sekalipun kesalahan itu bersumber dari bawahannya, tetap saja sang pemimpin tak boleh lepas tangan. Tapi hari itu, cukup membuatku tidak respect lagi dengan beliau. Bagiku hari itu sebagai kesalahan terfatal hingga membuat wibawanya jatuh di mataku.
Afwan....kusampaikan.
Hanya orang-orang munafik yang mementingkan pencitraan di hadapan manusia.
Akhirnya berharap kepada setiap pemimpin memahami dan menyadari betul bahwa amanahnya, tak hanya dipertanggungjawabkan di dunia saja, namun juga di akhirat kelak.

#sebagai renungan bagi diri sendiri pula yang juga menjadi sosok "Sang Pemimpin" bagi diri sendiri

Rabu, 19 September 2012

Bintang Kebanggaan

Ketegangan yang amat mendalam nampak dari wajah mereka. Tangan-tangan lembutnya bergetar seirama dengan detak jantung yang tak lagi teratur. Belum sempat mereka menenangkan diri yang sedari tadi menunggu-nunggu hasil jerih payah sebelum perpulangan, tiba-tiba terdengar melengking pengumuman yang bersumber dari perpustakan, "for all student NurIsTa level nine..................................."
Bergegaslah mereka menuju ke halaman sekolah sambil membawa berjuta rasa yang berbeda-beda. Ada yang nampak santai, adapula yang gelisah. Kemudian datanglah dengan langkah tegap seorang ustadz yang memegang microfon di tangan kanannya. Dengan suara lantang mengatur mereka untuk segera berbaris. Putri berbaris di sebelah kanan, sedang putra berada di sebelah kiri dengan posisi lebih ke depan sejauh tiga langkah. Mereka berbaris sesuai kelompok warna kocard yang dipakai. Beberapa saat mereka berdiri di bawah teriknya mentari yang kian menyengat. Namun mereka tetap bersemangat  mendengarkan wejangan yang di sampaikan oleh sang ustadz.

Dimulai dengan sebuah sapaan menggema selama setahun tidak genap itu, berbunyikan:
Ustadz: "Apa kabarnya hari ini?"
siswa: "Alhamdulillah...!!! Luar biasa....!!! Tetap semangat....!!! Allahu akbar....!!!
Ustadz: "Siapa kita???"
siswa: "Insan kamil, siap jihad."
Ustadz: "Bagaimana hasilnya????"
siswa: "InsyaAllah sukses.
Kemudian dilanjutkan dengan slogan pembakar semangat yang menambah panasnya jiwa-jiwa mereka.
Ustadz: (dengan lantang dan menantang) "Sukses UN?!!!"
siswa: (serempak kompak dengan gaya yang dipadukan)
          "One Spirit".... (sambil mengankat telunjuk tangan kanan)
          "One Goal".... (sambil menelangkupkan kedua tangan ke depan)
          "Fight Together".... (sambil menggumpalkan jari-jari tangan kanan dan mengangkatnya ke depan)
          "Yes We Can,...Yes Yes We Can... ,(sambil memvariasikan tepukan tangan dengan menyilangkan   
            kedua tangan ke dada)
          "Allahu Akbar."....(kembali menggumpalkan jari-jari tangan kanan dan mengangkatnya ke depan)

Di bawah terik yang makin menyengat, ketegangan itu mampu mengalahkan panasnya siang. Dari balik ruang nampak seorang ustadzah yang berjalan mendekat menuju tempat apel. Pada tangan kanannya terlihat menenteng dua lembar kertas HVS yang disatukan dengan isolasi sehingga terkesan lebih panjang. Kertas dengan tulisan warna-warni itu dia serahkan kepada Ustadz yang memimpin apel. Kemudian ada satu ustadzah lagi yang membawa kantong plastik transparan, sehingga terlihat jelas kilauan dari bintang-bintang imitasi yang di desain sebagai pin penghargaan. Dengan senyuman yang melebar, dia pun menyerahkan kantongan plastik itu ke tangan Ustadz tadi. Lengkap sudah bawaan sang ustadz sebagai penambah ketegangan di siang itu.
Tanpa berpanjang lebar lagi, dengan microfon yang sedari tadi ada di tangan kanannya. Akhirnya beliau memanggil nama-nama siswa tertentu, untuk kemudian diminta maju ke depan. Ya....benar saja merekalah para peraih bintang. Bintang kebanggaan di lingkungan civitas akademika NurIsTa. Terpancar raut wajah penuh ceria bagi mereka-mereka penyandang kilauan pin bintang. Namun wajah tegang itu belum selesai, bagi mereka-mereka yang masih berada di barisan seperti semula. Seluruh siswa diminta melepas kocardnya, pertanda akan segera diumumkan peralihan warna pencapaian dari masing-masing siswa.
          

Selasa, 18 September 2012

Awal Masa Itu (Ketidak-pahamanku)

Berawal dari sebuah takdir yang mempertemukan kita di tempat yang sejuk "kampus-hijau" di pinggir anak sungai bengawan solo. Kehadiranku selisih waktu denganmu. Kau dan sebagian teman datang lebih awal. Bisa dikata cukup jauh sebelumku. Selang waktu dua pekan aku hadir bersama teman yang lain yang juga bernasib sama denganku, "terlambat-hadir". Karena kami tertinggal dan akhirnya tercatat sebagai pendatang baru, maka kami diminta berkenalan satu per satu di depan kelas di ruang 3104 gedung B lantai dasar. Begitupun aku memperkenalkan diri dengan cukup jelas. Hingga muncullah berbagai macam pertanyaan mulai tentang hari lahir, status, domisili dan lain sebagainya. Aku pun menjawab dengan santai tanpa mengingat siapa yang bertanya. Detik itu aku belum mengenalmu, bahwa yang pertama kali menyapaku dengan senyuman manis pun juga bukan dirimu. Tetapi seseorang yang saat itu kuanggap sebagai orang yang cukup welcome dan simpatik kepadaku. Dan sialah yang menjadi teman pertamaku, bukan kamu.

Waktu berjalan kedepan mengiringi kebersamaan kita, Begitu cepat terasa karena kita disibukkan oleh dunia pembelajaran yang berbeda jauh dengan saat menempuh pendidikan di SMA. Kita dilatih mandiri dan sedikit individualis, ditambah lagi jurusan yang membuat para civitas akademiknya nampak begitu serius dan spaneng. Oh My God (Allah SWT), bahkan di awal semester itu mampu membuatku menjadi sosok yang dingin, karena sangat sibuk dengan tugas dan laporan. Apalagi saat aku memutuskan untuk bergabung dalam dua organisasi sekaligus, yang keduanya cukup besar dan eksis di kampusku. Serasa tak ada lagi jeda untuk memikirkan perasaan. Toh kalaupun ada selintas pemikiran sedikit saja tentang ketertarikan, itu hanya sesaat lalu menghilang.

Kau memang nampak agamis dan cerdas, hingga sempat aku mengagumimu. Tapi kau begitu kocak, lucu, dan pandai membuat suasana kelas yang dingin menjadi heboh. Kau sering membuat kami tertawa dengan lagak kepolosanmu. Sifat unikmu itu membuatku tak mempunyai keberanian untuk menilai kepribadianmu, karena kau memang menjadi sosok yang sulit diterjemah. Kau nampak begitu akrab dengan teman-teman yang lain, tapi tidak denganku. Kau sering tertawa lepas dengan mereka, tapi tidak denganku. Yang kuingat hanya sekali kau mencoba akrab denganku, dengan dalih meminjam penghapus dan penggaris. Kau menanyakan asal usulku, dan mencoba meledekku dengan bercandaan khas bawaanmu. Sedikit tidak ngeh, merasa heran, dan tidak percaya bahwa kau ternyata mau bercanda denganku. Hal itu membuat perasaanku bebeda dan bertanya: Tumben???. Tapi episode semacam itu cukup membuatku bahagia karena bisa menertawakan kekonyolanmu secara langsung yang kau tujukan padaku, tidak seperti biasanya yang hanya bisa duduk diam ditempat yang berjarak dan menyaksikan betapa lepasnya guyonanmu bersama teman-teman yang lain, hingga membuatku ikut tertawa tipis tanpa berani masuk ke dalam dunia kalian.

Suatu saat kita menjadi satu kelompok dalam praktikum salah satu mata kuliah. Kelompok kita terdiri atas 6 orang, dua putra dan empat putri. Dimana ada salah satu judul praktikum yang memaksa kelompok kita untuk berbagi tugas, sehingga dipecahlah kelompok kita menjadi dua bagian. Ada dua pilihan kala itu, memilih untuk bergabung menjadi satu tim keja denganmu atau memilih menjadi satu tim dengan teman pertama yang kukenal yang telah kuceritakan di awal tadi. Sebut saja "dia". Tapi dalam pemilihannya pun ternyata banyak yang memilih dia, termasuk akupun memilih dia. Ku tangkap raut muka yang kecewa di dirimu. Sedang dia tesenyum dengan bangga. Kemudian dialah yang meminta untuk sebagian yang lain menjadi satu tim denganmu. Dan keputusannya aku tetap menjadi timnya bukan timmu. Setelahnya aku kerja tim dengan hati yang tak nyaman. Aku tak tau kenapa, yang jelas tiba-tiba muncul perasaan bersalah atas perubahan raut mukamu tadi. Hmmmmm entahlah......

Lambat laun aku merasa simpatik kepadamu, cuma sekedarnya tidak lebih. Hingga suatu ketika, tepat saat paraktikum di lab prodi lain. Ya...lagi-lagi saat praktikum, tapi praktikum kali ini aku bukan satu kelompok denganmu. Meskipun begitu meja praktikum kita berdekatan. Sembari menyelesaikan judul yang harus saya praktikkan untuk menghasilkan data yang akurat, entah kenapa seperti biasa mata dan telingaku tertuju ke kamu yang lagi asyik bercandaan dengan teman-teman yang sebenarnya juga bukan kelompokmu. Sesekali kau membuatku tertawa, lagi-lagi tanpa bisa masuk ke dunia kalian. Bagiku itu hal biasa, toh aku menikmati guyonanmu itu walaupun bukan denganku. Karena aku memang sudah terbiasa mencuri-curi suara untuk bisa ikut kudengar. Detik itu pula disela-sela bercandaanmu itu, ada teman yang mencoba mengorek info tentangmu (entah disengaja atau bukan, akupun tak tahu). Teman itu menanyakan tentang kriteria wanita yang kau dambakan. Dan lagi-lagi entah kenapa aku jadi ikut penasaran untuk mengetahui jawabanmu. Dari posisi yang cukup jauh ku lihat kau menjawab dengan malu-malu khas senyum di bibirmu. Yang kudengar, kau mengatakan bahwa kriteria wanita pilihanmu adalah yang berambut panjang. Entah serius atau guyonan pun aku tidak tahu. Yang jelas, tanpa kusadari aku membayangkan rambut yang kututup jilbab itu. Dalam hati tersenyum, karena saat itu rambutku memang panjang. Dalam batin aku juga, toh kamu juga tidak tahu, rambutku panjang atau pendek karena memang terlindungi oleh hijab. Dalam ingatanku, saat kau memberi jawaban atas pertanyaan tadi, kau sedikit melirik ke arahku. Entahlah, mungkin tidak dan mungkin aku salah lihat atau bahkan salah sangka.

Sejauh itu, aku masih fokus dengan kuliahku. Hidupku dipenuhi tugas dan laporan. Suatu waktu aku harus menyelesaikan tugas kelompok yang harus diketik. Sedang saat itu aku belum punya komputer sendiri, sehingga harus mengerjakan di kosan teman. Sesampainya di sana ku lihat mereka telah berkumpul dan sudah memulai tugasnya. Baru saja aku duduk, tiba-tiba telah di desak oleh sebuah petanyaan yang justru membuatku bertanya balik. Karena aku memang bingung untuk menjawabnya. Mereka menanyakan, adakah seseorang yang aku suka di kelas kita?. Belum sempat aku menjawab, mereka kembali menanyakan siapa? Kemudian sebelum kumenjawabnya, kulontarkan pertanyaan kenapa? Mereka menjawab "tidak apa-apa, jawab saja". Semua mata tertuju padaku, membuatku bingung dan salah tingkah. Jawaban yang keluar dari mulutku adalah "tidak ada". Ya memang itu jawaban yang sebenarnya, karena sementara itu aku tidak berfikir lebih untuk suka terhadap seseorang, apalagi teman sekelas.

Hingga suatu saat kau tiba-tiba diterima di sekolah tinggi lain, yang mungkin memang lebih kau inginkan dalam rangka mewujudkan cita-citamu. Begitu banyak teman-teman yang merasa kehilanganmu. Kau mungkin tidak tahu, bahwa akupun merasa sangat kehilanganmu sama seperti mereka, tapi aku tak berani dan tak yakin untuk mengatakan lebih dari yang mereka rasakan. Walau mungkin aku bukan bagian dari teman-taman yang termasuk akrab denganmu, dimana sebagian besar dari mereka adalah teman-teman wanita kita. Namun entah kenapa, waktu itu kurasakan seperti ada yang akan hilang. Hingga ada usulan dari salah satu teman kita untuk memberi kenang-kenangan yang berharga dan bisa menjadi memory kebersamaanmu selama bersama kita. Kami tuliskan biodata masing-masing, disertai foto, kesan dan pesan yang kemudian disatukan dalam satu binder. Yang aku sesali saat itu adalah, kenapa aku tidak punya foto yang pakai hijab yang bisa aku berikan ke kamu. Malah foto ijazah yang memperlihatkan rambutku. Dalam pikirku yang masih terlintas hingga saat ini, harusnya dulu tak perlu ku beri foto. Tapi semua sudah terlanjur, dan kau satu-satunya teman putra yang tau rambutku. Ya...sudahlah, toh aku tetap tak berani kalau harus mengatakan foto itu adalah takdir.

Kau tau, apa yang terjadi setelahnya kau pergi. Aku merasa tersingkirkan, ketika teman sekamarku sendiri saja masih menjalin komunikasi denganmu. Dia sering mengabarkan keadaanmu, tanpa dia tau bahwa aku iri. Kenapa aku tidak punya kontak kamu sendiri padahal yang lainnya punya. Serasa tak ingin mendengar kabar tentangmu dari mereka. Sudah tak ingin lagi mendengar tentangmu, kalau harus hanya menjadi pendengar dari cerita-cerita mereka. Suatu saat aku berjalan dengan sahabatku dan diikuti oleh seorang teman yang menjadi salah satu teman yang akrab dengamu. Dia juga salah satu dari mereka yang pernah menanyakan siapa orang yang kusukai di kelas. Telah lama pertanyaan itu berlalu dan akupun sudah lupa. Ditengah perjalanan pulang ke kos, tiba-tiba dia menanyakan kembali, jawabanku pun tetap sama. Kemudian dia melanjutkan ke sebuah pertanyaan lain yang membuatku kaget dan tercengang. "Kalau teman sekelas kita ada yang suka padamu, bagaimana? Mau tidak?" itulah pertanyaannya. Dengan rasa tak percaya sekaligus takut dibohongi, aku mengelak dengan kata yang keluar dari mulutku adalah "tidak mungkin, emange siapa??" Akupun disuruh menebak, dan aku tetap menolak untuk menebak. Sehingga yang menebaknya justru sahabatku. Berkali-kali dia salah tebak nama...hingga namamu pun di sebut di urutan terakhir dengan nada keheranan, karena mungkin memang posisimu pun sudah tak lagi kuliah bersama kami. Tebakan terakhir itu membuatnya tersenyum lalu mengangguk. Entah kenapa ekspresiku waktu itu nampak datar. Justru yang heboh malah sahabatku. Sembari dia meledekku, dia bertanya lagi. "Gimana? Kamu sendiri gimana?" Jawabku hanya simple, wallahu 'alam lagipula dia kan jauh disana.

Entah keberanian darimana yang kudapatkan, tiba-tiba aku punya ide untuk mencari tahu nomer hpmu. Mungkin karena didera rasa penasaran yang nggak penting. Saat itu pun aku belum paham betul etika berinteraksi dengan lawan jenis dalam hukum Islam. Tapi sejak dulu saya memang sudah tahu bahwa pacaran itu hukumnya haram dan selama itu pula aku belum pernah pacaran dengan seorang pun. Hanya saja belum mampu memahami betul batasan-batasan interaksi tersebut. Kurasa smsku pun tidak menjurus ke arah itu. Bahkan aku hanya salam sapa layaknya teman lama yang ingin tahu kabar kawannya, tak lebih. Namun, ternyata caraku salah. Harusnya aku tahu, kalau seseorang telah ada rasa khusus ke lawan jenis, pastinya sms yang isinya biasa saja maka akan nampak luar biasa. Begitupun kurasa dirimu yang tak jauh beda dengan pemikiranku. Buktinya selang beberapa waktu tiba-tiba kau sms dengan bahasa yang tak biasa. Berupa sindiran yang menyiratkan ketertarikan. Dan jujur saja, sebagai wanita biasa yang waktu itu pun bentengku belum sekuat sekarang, maka luluhlah hatiku. Kata-kata cantik itu datang darimu, sesosok orang yang memang sudah ku kagumi sejak awal masuk kuliah. Walau mungkin sebelum sms itu hadir, hatiku tidak serta merta menaruh rasa. Tapi ternyata hadirnya smsmu yang penuh makna itu membuatku terperangkap sebuah kata yang sulit didefinisikan yaitu "CINTA". Benarkah cinta??? awalnya akupun belum percaya dengan hatiku sendiri, hingga lama-lama aku merasakan betapa beratnya memendam rindu. Dan betapa anehnya ketika hatiku tak berpaling sedikitpun ke yang lain. Padahal dengan jelas kita jarang berkomunikasi. Bisa saja dikatakan ke dalam kategori tidak pernah. Namun ternyata sejauh waktu berputar, 5 tahun sudah sejak kepergianmu tak bisa aku berhenti mengingatmu. Namamu tetap merajai hatiku. Hal itu membuatku bersedih dan meratapi diri sendiri. Dalam akal sehatku berkata: "Bisakah aku berhenti mengingatimu dan mengharapkanmu? padahal Allah SWT lah yang lebih menyayangiku, yang setiap saat selalu ada di sekelilingku. Mengawasi dan menjagaku, Mencurah limpahkan kasih sayang yang tiada bandingan. Astghfirullahal'adzim....berkali-kali ku ucapkan, lumayan efektif untuk mengurangi rasa yang terlanjur dalam. Namun tetap saja tak bisa 100% hati dan otakku ini lepas dari mengingatimu.

Hah.....aku telah berusaha agar hati dan jiwaku ini bersih dari mengingati makhluk ciptaanNYA. Ya....tentunya kamu yang aku maksud. Tapi mungkin usahaku kurang maksimal atau mungkin caranya yang kurang optimal. Hingga terkadang aku masih membuka celah-celah tentangmu di hatiku, sekalipun tanpa hadir bayangmu. Yang kutanyakan: "Bagaimana bisa?, kau yang begitu singkat mampu menjelajahi hatiku hingga terlalu lama dan tak tahu akankah berakhir atau untuk selamanya".
Wallahu'alam bisshoaf...
Kini aku pasrahkan hatiku dan takdirku pada Illahi, karena Dialah yang kan memberikan segala yang terbaik yang aku butuhkan.

Ya Allah Ya Rachman Ya Rachim,,, yang maha membolak-balikkan hati, semoga hidayah taufikMU senantiasa tercurah limpah kepada hamba dan orang-orang yang hamba sayangi.
Aamiin...Yaa Rabbal .Aalamiin.

Selasa, 11 September 2012

Sahabat Kecilku, (My Java Beach)

Deburan ombak yang menghantam butiran pasir di tepian pantai terdengar syahdu. Menenangkan setiap penikmat hamparan alam. Gelombang yang tenang dan menggulung panjang nampak di balik papan penutup dapur rumah kami. Anginnya pun tak mau kalah, turut andil  dalam menggoyangkan daun-daun waru, sehingga membuat irama penentram jiwa, menjatuhkan bunga-bunga warna kuning tua. Siang itupun terik matahari menyumbangkan sinarnya yang memantul ke atas lautan dan membentuk kilauan bak permata. Begitulah gambaran suasana di wilayah pantai utara Jawa Tengah yang berbatasan langsung dengan propinsi Jawa Timur.

Disetiap harinya kujalani hidupku dengan rutinitas yang cukup padat bagi manusia kecil sepertiku. Namun demikian tak mengurangi keceriaan yang senantiasa mewarnai setiap detikku. Sekali waktu dalam sehari ku tengok pantai itu, hanya sekedar menyumbang cerita padanya bahwa hariku indah, hariku buruk, hariku mengesankan, dan hariku menyedihkan. Karena bagiku pantai telah menjadi ruang yang ikhlas menerima setiap keluh kesahku. Dalam imajinasiku, dia selalu tersenyum balik ketika ku lempar senyuman manisku. Dia menerima dan menenangkanku dalam setiap teriakan amarahku. Sungguh pesona laut telah menghanyutkan rasa cintaku, hingga berlabuh sampai sekarang.

Nuansa penuh kenangan bersama sahabat-sahabat kecilku. Kami habiskan sisa waktu yang sedikit di sore hari, sekedar untuk bermain dengan si ombak biru. Gelombangnya mengguyur sekujur tubuh kami, hingga basahpun tak lagi menakuti. Nyaman dirasa bergelut dengannya, menyumbang kisah yang lekat dalam memori. Suatu masa, kami sungguh bersuka cita tatkala banyak ikan yang kami temukan mengambang di permukaannya. Entah darimana datangnya. Pikir kami, ikan-ikan itu adalah buangan dari kapal yang kelebihan muatan. Tanpa berfikir panjang lebar, kami punguti ikan-ikan itu dan kami satukan dalam bakul kecil bekas kondangan. Kami pun pulang dalam kebanggaan seorang anak kecil. Bersama-sama kami sayat ikan-ikan itu, membelah menjadi dua bagian, kemudian kami gantung di jemuran dengan tujuan membuat ikan-ikan itu menjadi gereh (ikan kering) yang siap masak.

Tak selalu menyenangkan tatkala bergelut dengan si laut. Suatu ketika aku dan sahabat-sahabatku mandi menikmati gelombang kecilnya yang lembut. Sebenarnya kami sudah begitu hafal karakter si laut. Ketika gelombang si laut tak meluap-luap, bahkan cenderung tenang. Justru masa seperti itulah si laut mengeluarkan kekejamannya yang terwujud oleh adanya hewan-hewan yang ada di dalamnya. Ubur-ubur muncul, bintang laut berkeliaran, ular laut menampakkan wujud dalam sekali waktu. Namun, dasar watak anak. sudah pun diperingatkan oleh yang dewasa, tetap saja nekat. Wal hasil dengan tanpa berfikir ulang, kami pun nyebur ke lautan luas nan tenang. Baru berapa menit menikmati kesegarannya, tiba-tiba kaki kiriku terasa panas yang sangat. Gerak refleks pun membuatku berlari dari laut sambil menangis. Kulihat kulit kakiku memerah. Dengan kepanikan ku guyur kakiku dengan air tawar dan segera mengobatinya. Baru kusadari bahwa kakiku telah menjadi korban ketakutan si ubur-ubur yang merasa terusik oleh kehadiranku. Dan lukanya telah memberi bekas yang tak hilang ditelan masa. Yah begitulah secuil pengalaman burukku dengan si laut, yang justru menjadi simbol keakrabanku dengannya. So....amazing....

Kini aku merindukan sosoknya... sahabat tanpa nyawa yang menemani masa kecilku sekaligus menjadi saksi bisu atas tumbuh kembangku, perwujudan jati diriku. Walaupun pada akhirnya kemarahan ombaknya telah mengusirku dengan paksa, mulai dari runtuhnya gedung sekolahku hingga lenyapnya rumah yang kutinggali. Tapi kini....puing-puing bekas kemarahannya telah membuatku merindukannya dan selalu mengenang setiap kepingan kisah perjalanan hidup yang kualami bersamanya. Bagiku sangat mengesankan dan tiada duanya.

#Akhirnya kusampaikan: merindumu adalah sebuah kesyukuran....."my java beach"

Minggu, 19 Agustus 2012

PROTES TERSEMBUNYI


 











Ini hanya ada di sudut hati
masihkah tersembunyi dari mata,?
masihkah kosong oleh kata mereka,?
tak pernahkah kau baca
kau yang mana?? Kau yang siapa??
peduli pun aku tak merasa,
Adakah bilik syahdu mendengar??
betapa telah dideru malu,
ketika ku berkata mau,
aku bukan seonggok jamur,
yang selalu siap, terpojok
atas kerut kening penuh makna


Mencoba beranjak setiap saat ,
tapi daya tiada
upaya pun menyirna,
sekali ini kakiku ingin berlari……….
tapi  langkahku terhenti
tanpa dasar berarti
Kemana perginya nurani??
ketika serambiku terbuka setiap hari
mereka saksikan kelemahanku,

sekali lagi aku ingin berlari…………..

kau yang di sana…. Siapa saja
tak ingin lagi ku berkata-kata
biarkan Tuhan yang suarakan
kini, waktuku cukup untuk diam.
dan ketika batin tak siap lagi menahan
aku kan tinggalkan