-->
Menjadi
perempuan bagiku adalah karunia sekaligus perenungan. Sebab warna dunianya
lebih bergradasi dibanding dunia kaum adam. Konflik-konflik dalam menjalani
peran kodratnya lebih variatif dan unik.
Ujian bagi perempuan terasa lebih berwarna karena ia
senantiasa harus memilih, akankah menjadi perhiasan dunia yang kemilau karena imannya. ataukah akan menjadi sebilah pedang yang kan menyayat dunia. Sekali lagi perempuan adalah unik. Dan bagaimanapun
hitam putihya dunia perempuan tak terlepas dari peran lingkungannya.
Jika ia telah seorang istri, ia tidak
terlepas dari pengaruh suaminya. Maka memilih suami yang tepat dan layak sebagai imam adalah suatu keharusan
yang tidak mudah.
Jika ia masih seorang gadis, ia akan mudah
terpengaruh lingkungan pergaulannya. Maka memilah pergaulan yang mampu menjaga hijabnya pun bukan perkara
enteng.
Jika ia seorang enterpreneur. ia akan gampang
terpengaruh lingkungan kerjanya. Maka memilih lingkungan kerja yang mampu mendukung aktivitas keagamaannya, juga
tidak mudah
Sebab
itu, menuju cita-cita “Mar’ah Sholikhah” bukanlah hal yang mudah semudah membalikkan telapak tangan. Ia perlu
perjuangan yang maha berat dan pengorbanan yang tidak sedikit.
Jika seluruh wanita seperti yang
diceritakan, maka wanita akan lebih utama dari pria. Karena wanita menjadi
feminim bukanlah hal yang memalukan bagi matahari. Seperti halnya menjadi
maskulin bukan sebuah kehormatan bagi bulan sabit
“Selalu periksa keadaan
batinmu menggunakan sang Raja dari hatimu”.
Karena,
“Tembaga tidak pernah mengetahui dirinya tembaga, sebelum
ia berubah menjadi emas”.
jadilah kokoh wahai sahabat wanitaku, dan berbanggalah terhadap kodratmu dengan cara menjaga kilau emasmu.
smoga kita semua masuk golongan muslimah sejati yang mampu mencapai derajat "Mar'atus sholikhah"
setuju !
BalasHapus